Entri Populer

Rabu, 27 Oktober 2010

GAMBARAN UMUM AUDITING

Makalah ini disusun oleh :
YOSEPHINE ENDAH NUR DIANI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI,S1
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG







BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik, sejalan dengan berkembangnya perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum perusahaan. Dalam perkembangan usahanya, baik perusahaan perorangan maupun berbagai perusahaan berbentuk badan hukum yang lain tidak dapat menghindarkan diri dari penarikan dana dari pihak luar, yang tidak selalu dalam bentuk penyertaan modal dari investor, tetapi berupa penarikan pinjaman dari kreditur. Dengan demikian, pihak-pihak yang berkepentingan terhadap lapaoran keuangan perusahaan tidak lagi hanya terbatas pada para pemimpin perusahaan, tetapi meluas kepada para investor dan kreditur serta calon investor dan calon kreditur.
Pihak-pihak diluar perusahaan memerlukan informasi mengenai perusahaan untuk pengambilan keputusan tentang hubungan mereka dengan perusahaan. Umumnya mereka mendasarkan keputusan mereka berdasarkan informasi yang disajikan oleh managemen dalam laporan keuangan keputusan mereka berdasarkan informasi yang disajikan oleh managemen dalam laporan keuangan perusahaan. Dengan demikian, terdapat dua kepentingan yang berlawanan. Disatu pihak, managemen perusahaan ingin menyampaikan informasi mengenai pertanggungjawaban penegelolaan dana yang berasal dari pihak luar. Semaentara itu, dipihak luar perusahaan ingin memperoleh informasi yang andal dari managemen perusahaan mengenai pertanggungjawaban dana yang mereka investasikan.
Untuk mempertemukan kepentingan yang sama, managemen perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga agar pertanggungjawaban keuangan yang disajikan kepada pihak luar dapat dipercaya, sedangkan pihak luar perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh managemen perusahaan dapat dipercaya sebagai dasar keputusan-keputusan yang diambil oleh mereka. Baik managemen perusahaan maupun pihak luar perusahaan yang berkepentingan terhadap perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga yang dapat dipercaya.
Pihak ketiga ini biasanya dilakukan oleh seorang auditor independen. Seorang auditor independen ini memberikan jasa auditnya terhadap laporan keuangan perusahaan dan memberikan pernyataan kewajaran terhadap laporan keuangan tersebut tanpa memihak pihak-pihak yang berkepentingan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan proses auditing ?
2. Apa tujuan dari proses auditing ?
3. Bagaimana proses auditing ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui tujuan utama proses auditing
2. Dapat menjelaskan bagaimana proses auditing
3. Mengetahui manfaat dan kegunaan dari proses auditing

D. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN Latar belakang, Rumusan masalah, Tujuan penulisan, Sistematika penulisan
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP Simpulan
DAFTAR PUSTAKA


















BAB II
PEMBAHASAN

1. GAMBARAN UMUM PROSES AUDIT
Tujuan menyeluruh dari suatu audit laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien telah menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP).
Seorang auditor harus mengembalikan pemahaman tentang bisnis dan industri agar dapat memahami substansi ekonomi suatu transaksi entitas dan bagaimana GAAP diterapkan dalam industri tersebut, serta untuk mengembangkan harapan tentang laporan keuangan entitas. Agar dapat mengelola audit tersebut dengan baik, maka auditor harus membagi audit menjadi audit-audit atas saldo akun utama dan golongan transaksi, dan kemudian audit atas asersi laporan keuangan untuk setiap saldo akun dan golongan transaksi. Kemudian auditor membuat keputusan perencanaan yang penting tentang apa yang dianggap material bagi laporan keuangan (materialitas) dan tentang risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan (risiko audit). Keputusan-keputusan pendahuluan ini akan membimbing kinerja prosedur audit untuk mengumpulkan bukti tentang asersi laporan keuangan dan secara keseluruhan, kewajaran penyajian laporan keuangan. Ketika auditor mengumpulkan bukti tentang kewajaran penyajian laporan keuangan, ia juga menggunakan pengetahuan yang diperoleh dalam proses audit untuk menentukan apakah terdapat jasa bernilai tambah lain yang mungkin bermanfaat bagi manajemen dan dewan direksi. Akhirnya, audit tersebut akan berakhir pada komunikasi temuan-temuan audit, pernyataan pendapat atas laporan keuangan, komunikasi dengan komite audit, serta komunikasi lain dengan dewan direksi dan manajemen berkaitan dengan jasa bernilai tambah.


Gambaran Umum Proses Audit:











Pengujian bertujuan ganda







2. PENGETAHUAN TENTANG BISNIS DAN INDUSTRI
SAS 22 (AU 311), tentang Planning and Supervision (Perencanaan dan Supervisi) menunjukkan bahwa pemahaman atas bisnis dan industri klien merupakan aspek penting bagi perencanaan audit. Auditor harus memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang bisnis dan industri klien agar dapat memahami peristiwa-peristiwa, transaksi-transaksi dan praktik-praktik yang dapat berpengaruh secara signifikan pada laporan keuangan. Pemahaman tentang industri telah menjadi demikian penting sehingga banyak kantor-kantor CPA nasional menempatkan para parnernya pada berbagai kelompok-kelompok penghasil laba yang dibagi menurut kelompok industri. Pengelompokan ini mendorong mereka untuk saling pegetahuan tentang penggerak ekonomi yang mendasari profitabilitas industri dan untuk mengebangkan keahlian yang mendalam tentang praktik terbaik dalam suatu industri.
A. MENGEMBANGKAN HARAPAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
Mengembangkan harapan atas laporan keuangan (developing expectations of financial statements) melibatkan pengetahuan tentang kinerja bisnis untuk mengembangkan harapan atas jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Pengetahuan atas kecenderungan bisnis merupakan hal yang penting untuk menilai kelayakan kegiatan operasi, keuangan dan investasi organisasi.
B. PENGARUH INDUSTRI TERHADAP SISTEM INFORMASI
Pemahaman atas bisnis dan industri akan membantu seorang auditor memahami masalah-masalah sistem informasi (information system issue) yang penting bagi seorang klien. Auditor harus senantiasa melakukan pendekatan audit dengan pemahaman praktik terbaik dalam industri terkait. Selanjutnya auditor harus memahami inplikasi pekerjaan audit apabila sistem informasi dan pengendalian intern perusahaan berbeda dari praktik industri pada umumnya.
C. MENGEVALUASI KELAYAKAN ESTIMASI AKUNTANSI
Pengetahuan tentang bisnis dan industry akan membantu auditordalam mengevaluasi kelayakan estimasi akuntansi (responsible of accounting estimate) serta representasi manajemen.Banyak aspek penting dalam laporan keuangan, seperti penilaian penyisihan piutang tak tertagih, keusangan persediaan atau cadangan garansi, seringkali menggunakan pertimbangan professional.Pemahaman auditor tentang praktik bisnisdan tekanan persaingan dalam suatu industry akan menjadi dasar untuk menilai kealayakan penyajian klien dan membuat pertimbangan professional yang bermutu tinggi atas laporan keuangan. Akhirnya, SAS 61 (AU 380),Communication with Audit Committes (Komunikasi dengan Komite Audit), menghendaki auditor untuk mendiskusi pertimbangan-pertimbangan dan estimasi akuntansi yang signifikan dengan komite audit.
D. GAAP UNTUK INDUSTRI SPESIFIK
Terdapat banyak aspek kunci dalam GAAP yang digunakan secara khusus untuk industri tertentu. Banyak industry yang memiliki pedoman akuntansi dan audit yang spesifik, serta terdapat praktik akuntansi yang lazim layaknya bagi industry tertentu. Sebagai contoh, AICPA menerbitkan pedolman akuntansi dan audit lebih dari 20 industri, mulai dari produsen dan koperasi pertanian, organisasi perawatan kesehatan, perusahaan – perusahaan investasi, sampai kasino. Para CPA harus memiliki keahlian dalam memahami prinsip-prinsip akuntansi yang spesifik yang berlaku padqa bisnis dan industry yang berbeda.
E. DASAR UNTUK JASA BERNILAI TAMBAH LAINNYA
Beberapa anggota tim audit biasanya memiliki pengalaman yang signifikan serta memahami sumber daya dan proses inti yang diperlukan agar perusahaan dapat bersaing secara efektif dalam industry. Pemahaman ini sangat membantu dalam menilai kelayakan laporan keuangan. Selain itu pengetahuan ini juga membuat CPA mampu memberikan bantuan yang bernilai bagi manajemen dan dewan direksi, misalnya dalam menentukan apakah :
 Manajemen telah mengevaluasi resiko bisnis secara benar
 Manajemen senantiasa memantau ukuran kinerja secara benar.
 System informasi klien telah cukup mendukung manajemen.
CPA mengembangkan pengetahuan ini dalam melaksanakan audit, dan klien ingin mengetahui apa yang diketahui oleh CPA yang akan dapat membantu organisasi mencapai sasarannya dengan lebih baik.
3. ASERSI MANAJEMEN
Tujuan menyeluruh dari audit laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien telah menyatakan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan GAAP. Untuk mencapai tujuan tersebut, hal yang lazim dilakukan dalam audit adalah mengidentifikasi sejumlah tujuan audit yang spesifik bagi setiap akun yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Tujuan yang spesifik ini diambil dari asersi yang dibuat oleh manajemen dan dimuat dalam laporan keuangan.
Asersi serupa mendasari semua komponen aktiva, kewajiban, pendapatan, dan beban dalam laporan keuangan. Auditing Standard Board (ASB) dalam SAS 31, Evidential Matter (AU 36.03) telah mengakui lima kategori asersi laporan keuangan sebagai berikut:
 Keberadaan atau keterjadian (existence or occurrence )
 Kelengkapan (completeness)
 Hak dan kewajiban (rights and obligations)
 Penilaian atau alokasi (valuation or allocation)
 Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)
Lima kategori asersi ini merupakan hal yang penting karena dapat membantu auditor memahami jenis salah saji potensial yang dapat terjadi dalam laporan keuangan, dan dapat membantu auditor mengembangkan kewajaran penyajian laporan keuangan.
A. KEBERADAAN ATAU KETERJADIAN
Asersi tentang keberadaan atau keterjadian (exsistence or occurrence) berkaitan dengan apakah aktiva atau kewajiban entitas memang benar-benar ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat benar-benar terjadi selama periode tersebut.
Asersi manajemen tentang keberadaan atau eksistensi telah diperluas pada aktiva yang memiliki substansi fisik, seperti piutang usaha dan utang usaha. Menurut asersi ini, manajemen juga mengasersi bahwa pendapatan dan beban yang ditunjukkan dalam laporan laba rugi, serta aarus kas yang ditunjukkan dalam laporan arus kas, merupakan hasil dari transaksi dan peristiwa yang terjadi selama periode pelaporan. Asersi hanya diperluas sampan pada apakah transaksi dan peristiwanya benar tejadi, dan bukan tentang apakah jumlah yang dilaporkan sudah benar. Salah saji atas suatu asersi akan terjadi jika penjualan fiktif dan piutang fiktif dicantumkan dalm laporan keuangan atau apabila penjualan dan piutang yang dilaporkan termasuk transaksi yang seharusnya dilaporkan pada periode lain.
B. KELENGKAPAN
Asersi mengenai kelengkapan (completeness) berkaitan dengan apakah semua transaksi dan akun yang harus disajikan dalam laporan keuangan benar-benar telah dicantumkan.
Untuk setiap akun laporan keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan, secara implicit manajemen mengasersi bahwa semua transaksi dan peristiwa terkait telah dicantumkan. Salah saji tentang asersi kelengkapan piutang usaha akan terjadi apabila pengaruh dan beberapa transaksi penjualan kredit, penagihan, atau akun provisi untuk penyisihan piutang tak tertagih diabaikan.
Perhatian auditor tentang asersi kelengkapan terutama berkaitan dengan kemungkinan kurang saji (understatement) komponen laporan keuangan melalui pengabaian item-item yang benar-benar ada, atau masalah pisah batas (cutoff) yang mengakibatkan pencatatan transaksi yang tidak tepat pada periode akuntansi yang salah.
Secara khusus asersi kelengkapan ini penting dalam menentukan apakah suatu entitas dapat diaudit (auditable) atau tidak. Apabila auditor sampai pada kesimpulan bahwa tidak diperoleh bukti yang cukup untuk menetapkan bahwa semua transaksi telah dicatat, auditor seringkali harus menyatakan tidak member pendapat (disclaimer) atas laporan keuangan.
C. HAK DAN KEWAJIBAN
Asersi mengenai hak dan kewajiban (rights and obligations) berkaitan dengan apakah aktiva telah menjadi hak entitas dan utang memang telah menjadi kewajiban entitas pada suatu tanggal tertentu.
Asersi hak dan kewajiban ini merupakan hak unik karena hanya berkaitan dengan aktiva dan kewajiban, serta hanya berkaitan dengan neraca saja, sementara setiap asersi lainnya berkaitan dengan semua laporan keuangan. Asersi ini pada umumnya berkaitan dengan hak kepemilikan dan kewajiban hukum.
Dalam kasus piutang usaha, entitas akan menasersi bahwa ia memiliki piutang dan belum menjualnya, dan bahwa tidak ada kewajiban seperti menggadaikan piutang tersebut sebagai jaminan atas suatu pinjaman yang telah diungkapkan. Sebagai contoh, property yang dimiliki oleh lessor (perusahaan sewa guna usaha) dicantumkan dengan benar sebagai aktiva dalam neraca lessee (penyewa guna usaha) apabila hak untuk menggunakan property tersebut telah diperoleh melalui perjanjian sewa guna usaha modal (capital lease). Selanjutnya, biaya pension yang belum didanai (unfounded pension cost) dapat dicantumkan sebagai kewajiban meskipun entitas yang melaporkannya tidak memilik kewajiban secara hokum untuk itu.
D. PENILAIAN ATAU ALOKASI
Asersi mengenai penilaian atau alokasi (valuation or allocation) berkaitan dengan apakah komponen aktiva, kewajiban, pendapatan, dan beban telah dicantumkan dalam laporan keuangan dengan jumlah yang semestinya.
Pelaporan komponen laporan keuangan dengan jumlah yang semestinya berarti bahwa jumlah (1) telah ditentukan sesuai GAAP dan (2) telah dicatat dan dihitung secara cermat.
a. Kesesuaian dengan GAAP
Menentukan apakah jumlah yang ditetapkan telah sesuai dengan GAAP menunjukkan pengukuran yang benar atas aktiva, kewajiban, pendapatan, dan beban, yang mencakup semua hal-hal berikut ini:
• Penerapan prinsip penilaian yang benar seperti harga perolehan, nilai bersih yang dapat direalisasikan, harga pasar, dan nilai sekarang.
• Penerapan prinsip penandingan yang benar.
• Kelayakan estimasi akuntansi manajemen.
• Konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi.
Sebagai contoh, akan terjadi salah saji pada penjualan dan piutang apabila penjualan dan piutang dicatat sebelum hak atas barang dan jasa tersebut berpindah tangan, atau apabila prinsip pengakuan pendapatan tidak diterapkan secara benar, atau apabila piutang yang ada saat ini tidak disajikan secara wajar pada nilai bersih yang dapat direalisasikan. Estimasi akuntansi, seperti penyisihan piutang tak tertagih harus memiliki nilai yang layak. Akhirnya prinsip-prinsip akuntansi entitas tersebut harus diterapkan secara konsisten pada seluruh periode, kecuali bila ada perubahan yang dapat dibenarkan.
b. Kecermatan Klerikal dan Perhitungan
Kecermatan klerikal berkaitan dengan masalah-masalah kecermatan dalam pengisian data rinci pada dokumen sumber, dalam catatan ayat jurnal, dalam posting ke buku besar, serta dalam menjaga kesesuaian antara akun pengendali (control account) dan buku besar pembantu (subsidiary ledgers). Kecermatan matematis berkaitan dengan masalah-masalah seperti menentukan penjumlahan aritmatik yang benar pada faktur, jurnal, dan saldo akun, termasuk kecermatan perhitungan item-item akrual dan penyusutan.
Melanjutkan ilustrasi tentang piutang usaha yang telah disampaikan sebelumnya, salah saji dalam asersi penilaian atau alokasi dapat berasal dari kesalahan klerikal ketika mencatat penerimaan atau pengeluaran kas atau dalam membukukan jurnal penerimaan dan pengeluaran kas ke dalam buku besar kas, atau berasal dari kesalahan matematis dalam penjumlahan jurnal penerimaan atau pengeluaran kas atau akun kas itu sendiri.
E. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan (presentation and disclouser) berkaitan dengan apakah komponen tertentu laporan keuangan telah digolongkan, diuraikan, dan diungkapkan sebagaimana mestinya.
Dalam laporan keuangan, secara implicit manajemen mengasersi bahwa komponen-komponen laporan keuangan telah disajikan sebagaimana mestinya berikut pengungkapan yang mencukupi. Dalam ilustrasi piutang usaha di atas, akan terjadi salah saji tentang asersi ini apabila catatan atas laporan keuangan tidak menunjukkan perbedaan antara piutang dagang, piutang dari pihak ketiga, serta piutang lain-lain. Demikian juga, akan terjadi salah saji atas asersi ini apabila piutang dagang digolongkan sebagai aktiva tidak lancar.
Sebuah ikhtisar tentang lima asersi manajemen tersebut disajikan dalam Gambar 5-2. Asersi ini sangat penting karena dapat digunakan sebagai peta perjalanan untuk proses pengumpulan bukti tentang kewajaran penyajian laporan keuangan. Asersi laporan keuangan (financial statement assertion) memungkinkan auditor membagi dan mengatasi tantangan audit dengan cara berfokus pada masing-masing asersi dalam laporan keuangan. Auditor perlu mengumpulkan bukti untuk mengevaluasi asersi manajemen bagi setiap saldo akun yang material serta kelompok transaksi. Asersi-asersi yang berbeda memerlukan bukti yang berbeda juga.
Gambar 5-2. Kategori Asersi Laporan Keuangan Manajemen
Kategori asersi Sifat
• Keberadaan atau keterjadian


• Kelengkapan


• Hak dan kewajiban

• Penilaian atau alokasi


• Penyajian dan pengungkapan Aktiva dan kewajiban entitas ada pada tanggal tertentu, serta transaksi pendapatan dan beban terjadi dalam periode tertentu.
Semua transaksi dan akun yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan, telah disajikan.
Aktiva adalah hak entitas dan hutang adalah kewajiban entitas pada tanggal tertentu.
Komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban telah disajikan dalam laporan keuangan pada jumlah yang semestinya.
Komponen tertentu laporan keuangan telah digolongkan, diuraikan, dan diungkapkan sebagaimana mestinya.

4. MATERIALITAS
Pernyataan Konsep FASB No.2 mendefinisikan materialitas (materiality) sebagai “besarnya pengabaian atau salah saji informasi akuntansi uang dalam kaitannya dengan kondisi di sekitarnya, akan memungkinkan pertimbangan pihak yang berkepentingan yang mengandalkan informasi tersebut akan berubah atau berpengaruh oleh pengabaian atau salah saji tersebut”.

Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) yang diterbitkan oleh auditor menyatakan bahwa laporan keuangan telah menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan perusahaan, serta hasil usaha dan arus kas, sesuai dengan GAAP. Konsep ini mengakui bahwa beberapa masalah akuntansi adalah penting bagi kewajaran penyajian dan ada beberapa yang tidak. Konteks untuk membuat pertimbangan professional tentang apa yang material bagi laporan keuangan adalah pemahaman auditor tentang sifat dan besarnya salah saji yang akan mempengaruhi keputusan seorang pengguna laporan keuangan.
Bagaimana konsep materialitas ini dapat mempengaruhi proses audit?
Pertama, auditor membuat pertimbangan awal mengenai materialitas sementara ia merencanakan perikatan untuk membuat keputusan penting tentang lingkup audit. Auditor tidak perlu merencanakan audituntuk menemukan pengabaian atau salah saji yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama adalah material. Materialitas merupakan konsep penting yang akan menjadi pedoman auditor dalam penetapan lingkup pekerjaan audit untuk menemukan pengabaian ataupun salah saji yang secara bersama-sama berpotensi mencapai suatu jumlah yang akan mempengaruhi para pengguna laporan keuangan. Diperlukan lebih banyak bukti untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa setiap salah saji yang, misalnya ada dalam pencatatan persediaan tidak akan melampaui $500.000 daripada meyakini bahwa salah saji tersebut tidak melebihi $1juta. Keputusan materialitas ini akan menjadi pedoman dalam pengumpulan bukti kompeten yang cukup.
Konsep materialitas ini juga menjadi pedoman auditor ketika mengevaluasi temuan audit. Setelah para auditor mengumpulkan bukti audit, mereka harus segera menilai signifikasi temuan audit. Apabila digunakan teknik penarikan sampel, auditor harus memproyeksikan salah saji yang diketahuinya dalam sampel paa populasi secara keseluruhan. Salah saji yang akan diproyeksikan ini kemudian harus dievaluasi untuk menentukan apakah menurut pertimbangan auditor hal tersebut akan mempengaruhi pengguna laporan keuangan yang berkepentingan.
5. RISIKO AUDIT
Laporan audit standar menjelaskan bahwa audit dirancang untuk memperoleh keyakinan yang memadai—bukan absolute—bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material. Karena audit tidak menjamin bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material, maka terdapat beberapa derajat risiko bahwa laporan keuangan mengandung salah saji yang tidak terdeteksi oleh auditor. Para mahasiswa harus memperhatikan betapa pentingnya menetapkan materialitas sebelum membuat keputusan tentang risiko audit dan komponennya. SAS 47 (AU 312.02), Audit Risk and Materiality in Conducting the Audit (Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit), mendefinisikan risiko audit sebagai berikut:
Ikhtisar Komponen Risiko Audit
Menilai Risiko Menilai Risiko Merancang Audit
Bawaan Pengendalian untuk Mencapai = Risiko Audit
Risiko Deteksi









Apabila auditor menganggap keyakinan yang memadai pada tingkat kepastian 99% bahwa laporan keuangan telah bebas dari slah saji yang material, maka risiko audit adalah 1%. Jika tingkat kepastian 95% dianggap mencukupi, maka risiko audit adalah 5%. Tantangan akhir dari suatu audit ialah bahwa auditor tidak dapat memeriksa semua bukti yang berkaitan dengan setiap asersi untuk setiap saldo akun dan golongan transaksi. Model risiko audit menjadi pedoman auditor dalam pengumpulan bukti audit, sehingga auditor dapat mencapai tingkat keyakinan yang memadai sesuai yang diinginkan.
A. KOMPONEN RISIKO AUDIT
Dalam praktik, seorang auditor tidak hanya harus mempertimbangkan risiko audit untuk setiap saldo akun dan golongan transaksi saja, tetapi juga setiap asersi yang relevan dengan saldo akun dan golongan transaksi yang material. Faktor risiko yang relevan dengan suatu asersi biasanya berbeda dengan faktor risiko yang relevan dengan asersi lainnya untuk saldo akun atau golongan transaksi yang sama. Berikut gambaran risiko audit sebagai suatu fungsi dari tiga komponen.
a. Risiko Bawaan
Risiko bawaan (inherent risk) merupakan kerentanan suatu asersi terhadap kemungkinan salah saji yang material, dengan asumsi tidak terdapat pengendalian internal yang terkait. Penilaian terhadap risiko bawaan meliputi evaluasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan salah saji pada suatu asersi. Misalnya, perhitungan yang rumit lebih mungkin menimbulkan salah saji dibandingkan dengan perhitungan sederhana. Faktor-faktor ekonomi dan persaingan, serta perlunya mencapai target laba yang dilaporkan dapat mendorong manajemen untuk menggunakan teknik-teknik akuntansi untuk meningkatkan laba yang dilaporkan. Para auditor berusaha untuk menilai kerentanan suatu asersi terhadap salah saji material.
b. Risiko Pengendalian
Adapun yang dimaksud dengan Risiko Pengendalian (control risk) ialah risiko terjadinya salah saji yang material dalam suatu asersi yang tidak akan dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern entitas. Manajemen seringkali mengakui adanya risiko salah saji yang terdapat pada sistem akuntansi, sehingga manajemen berusaha merancang struktur pengendalian intern untuk mencegah, mendeteksi dan mengoreksi salah saji tersebut secara tepat waktu. Sebagai contoh, risiko salah saji yang material untuk suatu asersi dapat dikurangi apabila auditor memiliki bukti bahwa pengendalian intern atas asersi tersebut telah secara efektif dirancang dan diterapkan dalam operasi. Lingkungan bisnis biasanya mengandalkan pada pengendalian intern yang terkomputerisasi. Penting bagi para auditor untuk memiliki pemahaman yang baik atas rancangan dan pengoperasian pengendalian komputer serta bagaimana teknologi tersebut digunakan untuk menguji efektivitas pengendalian komputer.
c. Risiko Deteksi
Risiko Deteksi (detection risk) merupakan risiko yang timbul karena auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Setelah auditor membuat keputusan tentang risiko audit, risiko bawaan, dan risiko pengendalian secara keseluruhan, maka ia dapat menggunakan model risiko audit untuk membuat keputusan tentang bukti audit yang diperlukan guna membatasi risiko sampai tingkat serendah mungkin. Para auditor dapat mengendalikan risiko deteksi dengan menggunakan pertimbangan profesional dalam mengambil keputusan tentang prosedur audit mana yang akan digunakan, kapan melaksanakan prosedur audit, luasnya prosedur audit, dan siapa yang harus melaksanakannya. Dewasa ini, banyak prosedur audit yang melibatkan penggunaan teknik audit dengan bantuan komputer sehingga auditor dapat menggunakan teknologi untuk membuat audit lebih efisien.



B. HUBUNGAN ANTARA RISIKO AUDIT DAN BUKTI
Auditor dapat menggunakan logika model risiko audit untuk mengambil keputusan tentang sifat, saat, dan luasnya prosedur audit bagi suatu asersi maupun untuk perikatan para staf audit pada berbagai aspek perikatan. Perhatikan kembali ikhtisar model risiko audit yang disajikan dalam gambar diatas. Pertama, auditor menilai risiko bahwa salah saji material akan terjadi pada suatu asersi. Kedua, auditor memperoleh pemahaman tentang struktur pengendalian intern yang relevan dengan asersi tersebut dan dapat melaksanakan pengujian tentang efektivitas pengendalian. Setelah mempertimbangkan risiko bawaan dan risiko pengendalian, auditor membuat pertimbangan tentang risiko salah saji yang material dalam informasi keuangan tentang asersi yang disajikan untuk audit serta menetapkan lingkup prosedur audit yang sesuai.
Apabila risiko bawaan dan risiko pengendalian dapat dikurangi, selanjutnya auditor dapat merancang suatu rencana audit yang memperbolehkan tingkat risiko deteksi yang lebih tinggi. Sebagai contoh, auditor mungkin akan menaruh perhatian pada tujuan audit spesifik yang berkaitan dengan asersi penilaian, bahwa penilaian aset tetap yang berkaitan dengan biaya perolehan telah disajikan secara wajar. Hal semacam ini tidak sulit, dan dapat diverifikasi dengan merujuk pada faktur-faktur yang dikeluarkan oleh pemasok. Asumsikan bahwa auditor telah menetapkan bahwa pengendalian intern entitas atas penilaian dalam siklus pembelian adalah cukup kuat. Akibatnya, auditor dapat menerima tingkat risiko deteksi yang lebih tinggi serta membatasi lingkup pelaksanaan pengujian terinci untuk melakukan verifikasi penilaian aset tetap yang berkaitan dengan biaya perolehan. Sebagai kemungkinan lain, apabila auditor menetapkan bahwa risiko pengendalian adalah tinggi untuk asersi ini, maka auditor akan menetapkan risiko deteksi pada tingkat yang cukup rendah guna mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji yang material.
Terdapat kemungkinan lain dimana auditor menekankan perhatian pada tujuan audit lain yang berkaitan dengan asersi penilaian, kali ini berkaitan dengan penilaian persediaan pada nilai bersih yang dapat direalisasikan. Dalam hal ini, tingkat subjektivitas yang terlibat dalam asersi ini adalah tinggi. Selanjutnya diketahui bahwa klien belum menetapkan sistem pengendalian intern yang baik guna me-review aspek-aspek nilai bersih yang dapat direalisasikan untuk mendasari catatan akuntansi. Dalam hal ini auditor akan menaksir risiko deteksi pada tingkat yang rendah serta melaksanakan prosedur audit guna mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji yang material. Auditor dapat menanggapi dengan cara mengaudit harga jual persediaan yang dijual setelah akhir tahun buku (sifat dan saat) untuk barang-barang persediaan yang dijual dalam jumlah besar (luas) guna menilai kelayakan estimasi klien. Auditor juga dapat menugaskan staf auditor yang memiliki pengalaman dalam industri ini untuk mengaudit asersi tersebut.
Akhirnya, konsep risiko audit konsisten dengan fakta bahwa audit dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai, bukan keyakinan yang absolut bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji yang material. Audit juga tidak menjamin bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material.
C. MODEL RISIKO AUDIT
Model Risiko audit dapat dinyatakan secara kuantitatif sebagai berikut:


KETERANGAN: AR= Risiko audit (audit risk)
IR = Risiko bawaan (inherent risk)
CR= Risiko pengendalian (control risk)
DR= Risiko deteksi (detection risk)
Untuk menggambarkan model tersebut, asumsikan bahwa auditor membuat pertimbangan profesional untuk asersi tertentu, seperti asersi penilaian atau alokasi untuk piutang usaha sebagai berikut:
AR = 5%, IR = 90%, dan CR= 20%
Risiko deteksi dapat ditentukan dengan menyelesaikan model tersebut sebagai berikut:
DR = (AR)/(IrxCR)
= 0,05/(0,9 X 0,2)
= 0,28
6. BUKTI AUDIT
Bukti audit sangat mudah mempengaruhi sifat pekerjaan audit ayng tercantum pada standar ketiga pekerjaan lapangan dari standar auditing yang berlaku umum (GAAS). Standar ketiga pekerjaan lapangan menyatakan bahwa :
Bahan bukti (Evidential Matter) kompeten yang mencukupi dapat diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi, yang digunakan sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
Standar tersebut menguraikan bahwa bukti kompeten (artinya dapat diandalkan) yang mencukupi (artinya dalam jumlah yang cukup) harus diperoleh untuk memberikan dasar yang memadai (artinya rasional) untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. SAS 31 (AU 326.20), tentang Evidential Matter (bahan bukti), menyatakan bahwa “ Jumlah dan jenis bahan bukti yang diperlukan untuk mendukung pendapat yang diinformasikan merupakan masalah bagi auditor untuk menentukan penggunaan pertimbangan profesional setelah melakukan penelitian yang mendalam tentang kondisi pada suatu kasus tertentu. ”
Pengumpulan dan evaluasi bahan bukti merupakan inti dari audit. Pembahasan berikut ini pertama akan berfokus pada karakteristik kecukupan ( sufficiency ) dan kompetensi bukti ( cometency of evidence ). Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan prosedur audit umum yang digunakan untuk mengumpulkan bukti kompeten yang cukup. Akhirnya, suatu klasifikasi umum dari prosedur audit akan disajikan dalam konteks bagaimana bukti digunakan untuk mendukung pendapat atas laporan keuangan.
A. Kecukupan Bukti Audit
Elemen dari standar ketiga pekerjaan lapangan ini berkaitan dengan kuantitas bahan bukti. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertimbangan auditor atas kecukupan meliputi:
a. Materialitas dan resiko
Secara umum, untuk akun yang material pada laporan keuangan diperlukan bukti yang lebih banyak dibandingkan untuk akun yang tidak material. Dengan demikian, dalam mengaudit sebuah perusahaan manufaktur, maka sifat, saat, dan luasnya bukti audit untuk mendukung tujuan audit atas akun persedian akan lebih meyakinkan dibandingkan dengan bukti yang diperlukan untuk tujuan audit atas akun beban dibayar dimuka.
b. Faktor-faktor ekonomi
Seorang auditor bekerja dalam batsan ekonomi yag menentukan bahwa kecukupan bukti harus diperoleh dalam batasan waktu dan biaya yang memadai. Dengan demikian, seorang auditor sering kali menghadapi keputusan apakah penambahan waktu dan biaya akan memberikan manfaat yang sepadan berupa perolehan bukti audit yang lebih meyakinakan. Sebagai contoh, untuk meneliti keberadaan 25 dana kas kecil klien, auditor dapat memeriksa sendiri semua dana kas kecil tersebut. Alternatif lain yang lebih menghemat biaya adalah menghitung sendiri dana yang ada pada lima dana kas kecil saja. Apabila jumlah dana yang diperiksa ternyata sesuai dengan jumlah yang dicatat, selanjutnya auditor dapat mengandalkan perhitungan dana pada dua puluh dana kas kecil selebihnya pada auditor interna klien.
c. Ukuran dan karakteristik populasi
Ukuran populasi berkaitan dengan jumlah item yang terdapat dalam populasi tersebut, seperti jumlah transaksi penjualan dalam jurnal penjualan. Ukuran populasi akuntansi mendasari banyak item laporan keuangan yang digunakan dalam penarikan sampel yang diperlukan untuk pengumpulan bukti audit. Secara umum, semakin besar populasinya akan semakin besar pula jumlah bukti yang diperlukan untuk memperoleh dasar yang memadai guna menarik kesimpulan tentang hal itu. Hubungan yang pasti antara ukuran populasi, karakteristik populasi dan ukuran sampel bergantung pada tujuan dan sifat rencana penarikan sampel yang sedang digunakan.
B. Kompetensi Bukti Audit
Kompetensi ( atau reliabilitas ) bukti audit yang mendasari data akuntansi maupun informasi penguat tercantum dalam aspek standar ketiga pekerjaan lapangan. Reliabilitas catatan akuntansi berkaitan langsung dengan efektivitas struktur pengendalian intern klien. Pengendalian intern yang kuat akan meningkatkan keakuratan dan reliabilitas atau keandalan catatan keuangan, sementara pengendalian intern yang lemah seringkali tidak dapat mencegah atau mendeteksi kesalahan dan penyimpangan dalam proses akunatansi.
Kompetensi informasi penguat bergantung pada banyak faktor. Pertimbangan yang telah diterapkan secara luas dalam auditing adalah :
a. Relevansi ( Relevance )
Relevansi berarti bahan bukti harus berkaitan dengan tujuan audit yang telah ditetapkan auditor. Dengan demikian, jika tujuan audit adalah untuk memeriksa keberadaan persediaan, auditor dapat memperoleh bukti dengan cara mengamati pengeluaran persediaan yang dilakukan klien. Namun bukti tersebut tidak akan relevan untuk tujuan audit yang lain, seperti menentukan kepemilikan ( asersi hak dan kewajiban ) atau untuk menilai biaya ( asersi penilaian ). Auditor harus mewaspadai hubungan antara bukti audit dengan tujuan audit, termasuk bagaimana bukti audit tersebut menguraikan subtansi ekonomi yang mendasari asersi. Akan banyak biaya dan waktu yang terbuang apabila auditor memperoleh bukti audit yang tidak relevan atau tidak sepenuhnya memahami subtansi ekonomi yang ada dalam bukit audit tersebut.
b. Sumber ( Source )
Beberapa kondisi yang berkaitan dengan sumber bukti audit akan mempengaruhi kompetensinya. SAS 31 ( AU 326.19 ) tentang Evidential Matter, mengakui anggapan tentang pengaruh sumber informasi terhadap kompetensi atau keandalan bahan bukti sebagai berikut :
Apabila bukti dapat diperoleh dari sumber independen di luar entitas, amaka bukti itu akan memberikan keyakianan yang lebih besar atas reliabilitas atau keandalan dibandingkan dengan informasi yang hanya diperoleh dalam entitas itu sendiri.
Semakin efektif struktur pengendalian intern akan semakin memberikan keyakinan tentang reliabilitas dan akuntansi dan laporan keuangan.
Pengetahuan yang diperoleh secra langsung oleh seorang auditor melalui pemeriksaan fisik, pengamatan, perhitungan, dn inspeksi, akan semakin meyakinkan dibandingkan informasi yang diperoleh secara tidak langsung.
c. Ketepatan waktu ( Timeliness )
Ketetapan waktu berkaitan dengan tanggal berlakunya bukti audit. Ketepatan waktu suatu bukti audit sangat penting khususnya dalam verifikasi kativa lancar, kewajiban lancar, saldo laporan laba rugi terkait, dan arus kas. Untuk akun-akun tersebut diatas, auditor harus memperoleh bukti yang menunjukkan bahwa klien telah melakukan pisah batas sebagimana mestinya ( proper cutoff ) tentang transaksi kas, penjualan, serta transaksi pembelian pada tanggal laporan keuangan. Begitu pulabukti yang diperoleh dari perhitungan fisik pada tanggal neraca akan memberikan bukti audit yang lebih dapat diandalkan tentang jumlah yang tersedia pada tanggal tersebut dibandingkan dengan perhitungan yang dilakukan pada tanggal lainnya.
d. Obyektivitas ( Obyectivity )
Bukti audit yang bersifat obyektif pada umumnya dianggap lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan bukti audit yang bersifat subyektif. Sebagai contoh, bukti audit tentang keberadaan aktiva tetap berwujud akan lebih kompeten bila diperoleh melalui inspeksi fisik, karena secara obyektif bukti audit tersebut lebih konklusif. Bukti audit yang diperoleh dari sumber yang independen di luar entitas, dianggap lebih obyektif dibandingkan dengan bukti audit yang bersumber dari klien sendiri.
Sebaliknya, beberapa asersi dan tujuan audit terkait akan lebih subyektif karena bukti tersebut mengandung estimasi penting tentang peristiwa-peristiwa ekonomi yang bersifat prospektif, seperti estimasi managemen atas nilai persediaan berdasarkan nilai yang terendah antara harga beli dan harga pasar ( lower of cost market ) atau ketentuan tentang garansi produk. Dalam menghadapi bukti audit yang bersifat subyektif ini, auditor harus, (1) memahami subtansi ekonomi dari proses yang menjadi subyek estimasi, (2) mempertimbangkan ketepatan estimasi akuntansi yang dilakukan dimasa lalu, dan (3) mengevaluasi kelayakan estimasi transaksi yang terjadi setelah tanggal akhir tahun buku.
C. PENGKLASIFIKASIAN PROSEDUR AUDIT
Seorang auditor melaksanakan prosedur audit untuk mendukung pendapat atas laporan keuangan. Prosedur audit biasanya diklasifikasikan menurut tujuan audit dalam kategori :
a. Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas bisnis klien berikut struktur pengendalian internya
b. Pengujian pengendalian
c. Pengujian subtantif




















a. Prosedur untuk Memperoleh Pemahaman
Dalam melaksanakan audit, seorang auditor biasanya melaksanakan prosedur untuk memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri klien berikut factor-faktor yang dapat mempengaruhi resiko bawaan pada asersi laporan keuangan. Beberapa prosedur berfokus pada pemahaman tentang faktor-faktor persaingan yang penting atau pemahaman karakteristik pemain utama dalam industri tersebut. Prosedur lainnya berfokus pada pemahaman tentang bisnis klien, produk yang dihasilkan, system pabrikasi dan distribusi, kegiatan ekonomi yang mendasari operasi bisnis dan sebagainya. Untuk memperoleh pemahaman tersebut, auditor dapat membaca publikasi perdagangan serta artikel-artikel tentang bisnis dan industry, melakukan pengamatan selama kunjungan pada fasilitas klien, atau meminta keterangan dalam acara tanya jawab dengan manajemen dan pekerja. Prosedur-prosedur ini akan membantu auditor dalam memahami resiko salah saji yang material dalam asersi, atau dalam membuat keputusan tentang item-item yang mungkin bersifat material bagi pengguna laporan keuangan.
Selain itu, standar kedua pekerjaan lapangan mengharuskan auditor memperoleh pemahaman yang cukup tentang struktur pengendalian intern klien untuk merencanakn audit. Untuk memahami tujuan ini, auditor dapat meminta keterangan dari manajemen tentang kebijakan pengendalian intern, membaca prosedur, melihat pedoman-pedoman akuntansi (manual) berikut bagan arus sistem akuntansi. Auditor juga dapat memperoleh pemahaman tentang struktur pengendalian intern melalui pengamatan tentang kegiatan dan operasi entitas, dengan cara memeriksa dokumen terpilih. Dalam melaksanakan prosedur-prosedur ini, auditor harus menekankan perhatian terutama pada mekanisme kerja yang ada dalam rancangan struktur pengendalian intern tersebut. Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian intern sangat diperlukan dalam setiap audit laporan keuangan.
b. Pengujian Pengendalian
Pengujian pengendalian (test of control)dilakukan untuk memperoleh bukti audit tentang efektivitas rancangan dan operasi kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern. Sebagai contoh, prosedur pengendalian intern computer menggunakan jumlah berkas (total batch) untuk memastikan bahwa semua berkas transaksi telah dicatat. Apabila jumlah nilai dollar yang diproses dalam berkas tersebut tidak cocok, maka transaksi jumlah berkas tersebut tidak akan diproses dan sebagai gantinya dicetak suatu laporan pengecualian (exception report). Auditor dapat menguji efektivitas pengendalian dengan cara memasukkan data uji yang mengandung kesalahan pada total batch dan mengamati apa yang terjadi pada data uji tersebut. Pengujian pengendalian juga meliputi permintaan keterangan kepada para pekerja mengenai apa yang mereka ketahui tentang efektivitas dari pengendalian tersebut dan memeriksa laporan pengecualian yang telah dihasilkan oleh pengendalian intern klien. Kinerja pengujian pengendalian tidak diharuskan dalam audit laporan keuan gan. Namun, hal itu dilaksanakan dalam banyak audit dengan populasi yang besar karena alas an efektivitas biaya.
c. Pengujian Substantif
Pengujian substantif (substantive test) terdiri dari :
1. Prosedur analitis (analytical procedures)
Meliputi penggunaan perbandingan untuk menilai kewajaran, misalnya membandingkan saldo suatu akun dengan data nonkeuangan yang terkait dengan saldo akun tersebut .
2. Pengujian terinci atas transaksi (tests of details of transactions)
Meliputi pemeriksaan dokumen pendukung dari setiap satuan transaksi yang dibukukan pada setiap akun tertentu, misalnya melakukan pemeriksaan dokumen pendukung (vouching) untuk sisi debet akun piutang usaha terhadap ayat jurnal pada jurnal penjualan serta faktur pendukung penjualan. Selain itu dilakukan juga penelusuran rinci dari dokum en asli atau dokumen sumber terhadap buku jurnal serta buku besar yang terkait dengan transaksi tersebut yang dapat digolongkan juga sebagai pengujian terinci atas transaski.
3. Pengujian terinci atas saldo (tests of details of balances)
Meliputi pemeriksaan dokumen pendukung untuk saldo akhir secara langsung, misanya melakukan konfirmasi langsung kepada salah seorang pelanggan tentang saldo piutang usaha.
Dalam beberapa kasus, auditor dapat melakukan pengujian transaksi untuk menentukan bahwa:
Semua pengendalian intern perusahaan yang berlaku telah dilaksanakan dalam proses transaksi pengujian pengendalian, dan
Semua rincian substantive dari semua transaksi tersebut telah dijurnal secara cermat dan dibukukan dalam buku besar akun
Apabila kedua tujuan tersebut telah dilakukan dalam pengujian yang sama, maka pengujian tersebut dinamakan pengujian bertujuan ganda (dual-purpose test).
D. MENGEVALUASI BUKTI AUDIT YANG DIPEROLEH
Secara bersamaan, ketiga kategori prosedur audit harus memungkinkan auditor memperoleh bukti audit yang diperoleh untuk memenuhi standar ketiga pekerjaan lapangan. Untuk memastikan bahwa hal itu marupakan kasus, maka harus memverifikasi evaluasi bukti yang ada disepanjang proses audit pada setiap asersi laporan keuangan, dan pada akhir audit ketika auditor dapat memutuskan jenis pendapat yang harus dinyatakan dalam laporan audit.
Menurut standar ketiga pekerjaan lapangan, auditor tidak diharapkan atau tidak diharuskan memiliki dasar yang absolute, pasti atau berjaminan atas pendapat yang diberikan. Persyaratan dasar yang memadai berkaitan dengan tingkat keyakinan menyeluruh yang diperlukan oleh auditor pada kesimpulan audit untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Untuk memiliki dasar yang memadai bagi pemberian pendapat, seorang auditor memerlukan bukti audit yang lebih meyakinkan (berupa consensus atau mayoritas) bagi setiap asersi laporan keuangan yang material. Apabila auditor kurang memiliki dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat, ia dapat memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atau menolak memberikan pendapat. Apabila diperoleh dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat , auditor dapat menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian, dengan pengecualian, atau pendapat tidak wajar , bergantung pada tingkat hubungan antara asersi-asersi dalam laporan keuangan dan GAAP yang ditetapkan sesuai dengan bukti audit yang diperoleh.

7. PERTIMBANGAN JASA BERNILAI TAMBAH
Agar dapat melaksanakan audit laporan keuangan secara efektif, seorang CPA harus mampu:
Menerapkan peraturan etika pada profesi
Memahami sasaran dan tujuan entitas dan menentukan tingkat pencapaian sasaran dan tujuan
Memahami alur transaksi dan system informasi klien, serta mengantisipasi bagaimana keseluruhan transaksi akan mempengaruhi entitas
Memahami struktur pengendalian intern perusahaan dan mengevaluasi `bagaimana tingkat manfaat yang dapat diberikan pada perusahaan
Menilai risiko, memverifikasi asersi manajemen, dan mendokumentasikan kesimpulan audit
Mengevaluasi arus kas, profitabilitas, likuiditas, solvensi, siklus operasi, serta kinerja klien dalam lingkungan industry secara relative terhadap para pesaingnya.
Sebagai professional, auditor memiliki akses tak terbatas pada buku dan catatan klien, fasilitas operasi, maupun rencana dan sasarannya. Dalam tim audit terdapat orang-orang yang ahli dalam system informasi, serta memahami benar bagaimana efektifnya menggunakan system informasi untuk mendukung proses pengambilan keputusan penting. Merupakan hal yang penting pula bagi auditor untuk berperan sebagai konsultan dalam melaksanakan jasa ini sebagaimana mestinya, sehingga tidk melemahkan independensinya.
A. TOLOK UKUR KINERJA PERUSAHAAN DAN PENGUKURAN KINERJA
Auditor sering kali membandingkan tolok ukur kinerja perusahaan (bench mark company performance) secara relatif dengan perusahaan lain dalam industry yang sama. Auditor memiliki akses ke statistik dan informasi industry tentang kinerja perusahaan terbaik dalam suatu industry. Para CPA memiliki ketrampilan analitis yang baik dan sangat mahir dalam membandingkan perusahaan berdasarkan profitabilitas, kemampuan untuk menghasilkan dana segar, panjangnya siklus operasi, likuiditas, dan solvensi. Selain itu, para CPA juga dapat menggunakan pengetahuannya tentang factor kompetitif yang penting untuk memastikan bahwa system informasi perusahaan memberikan focus bagi manajemen perusahaan tentang masalah-masalah manajemen bisnis yang penting. Para CPA sering kali membantu manajemen dalam mengembangkan system pengukuran kinerja yang dapat dijadikan indicator keunggulan intern yang berkaitan dengan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dan arus kas.
B. PERENCANAAN BISNIS
Salah satu produk sampingan dari tolok ukur kinerja bisnis adalah pengembangan rencana bisnis (business plan) yang menempatkan perusahaan pada jalur kinerja yang meningkat. CPA seringkali membantu manajeen dengan cara melakukan review rencana bisnis dan memberikan saran tentang bagaimana rencana bisnis dapat ditingkatkan. Sebagai contoh, seorang CPA dapat membantu mengidentifikasi masalah-masalah penting yang harus diselesaikan agar rencana bisnis menjadi menarik bagi para pemodal ventura.
C. PENGUKURAN RESIKO
Pada setiap rencana bisnis terdapat resiko yang tidak dapat dijangkau oleh rencana tersebut. Pengukuran resiko(risk assesment) merupakan jasa bernilai tambah yang penting dimana auditor sering memiliki pengetahuan khusus ttentang industri. Sebuah langkah penting dalam mengelola resiko adalah mengidentifikasi resiko. Oleh karena auditor berpengalaman dalam mengevaluasi kinerja banyak bisnis, mereka seringkali mahir dalam mengidentifikasi resiko. Setelah resiko resiko bisnis yang penting dapat diidentifikasi, selanjutnya perusahaan dapat menggolongkan resiko-resiko tersebut menjadi resiko yang memiliki kemungkinan besar atau kecil untuk terjadi serta resiko-resiko yang berdampak besar atau kecil yang dapat menghalangi manajemen mencapai apa yang telah direncanakan. Selanjutnya CPA dapat memberikan saran bagi manjemen tentang bagaimana mengelola resiko yang sangat munngkin terjadi serta berdampak besar bagi pencapaian rencana menjadi resiko yang kecil kemungkinan terjadi serta kecil pula dampaknya bagi pencapaian renncana.
D. PENILAIAN BISNIS
Nilai suatu bisnis seringkali sangat berbeda dengan nilai kekayaan bersih yang dilaporkan dalam neraca. Sebagai contoh, ketika Boston Celtics menjual sahamnya pada pubik pada tahun 1986, nilai kapitalisasi pasar dari franchise tersebut sekitar $100 juta. Kekayaan bersih yang ditunjukan oleh neraca perusahaan hanya sekitar $5,8 juta. Perbedaan tersebut terjadi karena nilai Boston Celtics berada dalam posisi mampu menghasilkan arus kas yang tidak tercermin pada aktiva dalam neraca. Penilaian bisnis (business valuation) dan upaya membantu manajemen memahami faktor-faktor kunci yang dapat mendorong nilai perusahaan merupakan jasa bernilai tambah yang penting.
Bisnis seringkali dinilai menggunakan kombinasi dari tiga metode, yaitu metode :
1. Nilai pasar dari aktiva bersih
2. Nilai kas yang didiskontokan
3. Harga laba berganda (price earning multiples)
Para CPA dapat membantu klien memahami perbedaan antara ukuran-ukuran laporan keuangan dan ukuran-ukuran nilai organisasi dan berfokus pada faktor-faktor kunci yang dapat memberikan pengaruh signifikan pada nilai perusahaan.
E. RANCANGAN DAN KEANDALAN SISTEM INFORMASI
Para auditor sangat mahir dalam mengevaluasi sistem pengendalian intern dan sistem enformasi perusahaan. Melalui evaluasi tersebut, auditor dapat memberikan saran untuk meningkatkan keandalan sistem informasi (reliability of information systems) yang digunakan untuk membuat keputusan bisnis. Sebagai contoh, baru-baru ini seorang auditor mengidentifikasi fakta bahwa laporan-laporan kunci yang digunakan oleh para buyers (pembeli) dalam perusahaan tidak mencerminkan marjin laba yang akurat. Perusahaan telah memulai suatu kebijakan untuk memberikan diskon volume kepada para pelanggan yang membeli dalam jumlah yang cukup bagi pperusahaan untuk berhemat, serta membagikan penghematan tersebut bagi para pelanggan. Namun, program yang ditulis untuk memberikan parlanggan diskon volume baru ditempelkan pada sistem setelah laporan harian manajemen dicetak untuk para pembeli. Akibatnya pembeli membuat keputusan bisnis bardasrkan data yang tidakdapat diandalkan. Informasi akuntansinya sudah benar, namun tidak direkonnsiliasi dengan laporan terinci harian yang digunakan oleh para manajer kunci. Auditor menemukan masalah tersebut dan merekomendasikan perubahan yang akan memberikan informasi tentang profitabilitas yang dapat diandalkan kepada setiap kepada setiap orang dalam perusahaan.
Ini merupakan sedikit contoh dari jenis jasa bernilai tambah yang dapat diberikan oleh para CPA. Dalam setiap kasus, jasa ini jasa ini dapat diperluas sampai melampaui jasa tradisional yang diperlukan dalam audit. Akan tetapi jasa ini juga memberikan nilai lebih bagi mereka yang menggunakan jasa CPA.
8. MENGKOMUNIKASIKAN TEMUAN-TEMUAN
Elemen kunci terakhir dari suatu jasa audit adalah mengkomunikasikan temuan-temuan. Audit dan jasa-jasa lain yang dilaksanakan sebagai bagian dari audit, masih belum memiliki nilai sebelum dikomunikasikan kepada manajemen dan pihak-pihak lain yang menggunakan audit tersebut. Komunikasi temuan-temuan audit dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :
1. Komunkasi tentang laporan keuangan melalui laporan auditor.
2. Komunikasi lain yang diperlukan dengan manajemen.
3. Komunikasi temuan-temuan lain.
Setiap kategori tersebut akan dibahas berikut ini :
A. LAPORAN KEUANGAN ATAS LAPORAN AUDITOR
Laporan temuan-temuan audit yang utama dimuat dalam laporan auditor (auditor’s report) atas laporan keuangan. Standart pelaporan keempat dari standar auditing yang berlaku umum (GAAS) menyatakan bahwa auditor akan menerbitkan sebuah laporan yang memuat pernyataan pendapat tentang laporann keuangan secara menyeluruh, atau menyatakan bahwa idak dapat menyatakan pendapat tetang laporan keuangan. AU 508 memberikan pedoman professional atas fakta dan kondisi dalam hal mana auditor dapat memilih diantara berbagai ragam susunan kalimat laporan audit standar yang mengkomunikasikan pesan-pesan spesifik kepada para pengguna laporan keuangan.
B. KOMUNIKASI LAIN YANG DIPERLUKAN
Pendapat auditor atas lapooran keuangan bukan merupakan satu-satunya hasil audit. Disamping menerbitkan laporan atas laporan keuangan, standar professional mengharuskan auditor membahas masalah-masalah tertentu dengan komite audit, atau dengan orang-orang dengan wewenang dan tingkat tanggung jawab setara dengan komite audit, seperti dewan direksi, dewan perwakilan, atau seorang pemilik pada perusahaan perorangan. Masalah-masalah tersebut meliputi pembahasan tentang:
 Pengendalian intern
 Kebijakan akuntansi yang signifikan
 Pertimbangan manajemen dan estimasi akuntansi
 Penyesuaian audit yang signifikan
 Informasi lain yang dimuat dalam laporan keuangan yang telah diaudit
 Perbedaan pendapat dengan manajemen
 Konsultasi dengan akuntan lain
 Kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan audit.
C. KOMUNIKASI TEMUUAN—TEMUAN LAIN
Para CPA yang melaksanakan jasa audit juga memberikan beragam jasa-jasa lain kepada klien. Seperti jasa bernilai tambah yang baru dibahas dalam bagian sebelumnya. Para CPA biasanya menggunakan surat perikatan untuk menguraikan lingkup jasa dan perjanjian imbalan. Apabila perikatan tersebut telah diselesaikan, biasanya akan diikuti dengan penyusunan laporan tertulis kapada klien. Laporan-laporan ini dapat bervariasi secara signifikan bergantung pada sifat perikatan, namun biasanya memuat sebbua uraian tentang :
1. Lingkup pekerjaan yang dilaksanakan
2. Temuan-temuan
3. Kesimpulan.














BAB III
PENUTUP

SIMPULAN
Dalam pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan auditor secara menyeluruh adalah memberikan pendapat atas laporan keuangan. Permasalahan yang dihadapi dalam perencanaan audit meliputi memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industry klien, mengidentifikasi asersi manajemen, dan mengevaluasi tingkat materialitas perikatan. Selain itu, auditor juga membuat keputusan pendahuluan tentang resiko bawaan, resiko pengendalian, dan resiko deteksi.
Dalam pelaksanaan audit seorang auditor memiliki kewajiban untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten agar dapat mendukung keputusan pendahuluan tentang faktor-faktor risiko kunci, serta untuk mendukung tentang kewajaran penyajian dalam laporan keuangan. Beberapa prosedur audit yang penting meliputi prosedur untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian intern, pengujian pengendalian dan pengujian substantive, serta bagaimana auditor menggunakan bukti audit untuk membentuk pendapat atas laporan keuangan, untuk memenuhi persyaratan komunikasi lain yang diperlukan oleh manajemen dan dewan direksi, serta untuk mendukung jasa bernilai tambah lainnya.






DAFTAR PUSTAKA

Boynton, William C, Walter G Kell. 1996. Modern Auditing, New York: John Wiley & Sons
Mulyadi.2001.Auditing, Jakarta: Salemba Empat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar